Jumat, 17 Oktober 2014

MEMBANGUN DARI RERUNTUHAN

MEMBANGUN DARI RERUNTUHAN

Membangun pernikahan yang telah runtuh, ibarat membangun tembok Yerusalem yang telah runtuh. Kita tahu tembok Yerusalem runtuh akibat pertempuran, akibat serangan dari bangsa-bangsa lain yang menyerang Yerusalem. Pernikahan pun adakalanya mengalami badai, mengalami serangan, dan akhirnya menderita kerugian dan runtuh berantakan. Apa yang harus dilakukan oleh suami istri yang mengalami badai atau serangan untuk membangun kembali pernikahan mereka? Kita akan belajar dari hamba Tuhan yang bernama Nehemia. Kita akan belajar apa saja yang dilakukannya untuk membangun tembok itu.

Penyebab keruntuhan:
- Faktor internal, seperti konflik berkepanjangan, merenggangnya komunikasi, hilangnya keintiman, dan melebarnya perbedaan. Ingat: Ibarat pohon, relasi pernikahan memerlukan siraman dan perhatian!

- Faktor eksternal, yakni pengkhianatan. Tidak ada badai yang lebih dahsyat daripada pengkhianatan! Pengkhianatan meruntuhkan:

a. Kepercayaan
Kita tidak lagi percaya bahwa dia setia kepada kita, kita tidak lagi percaya pada perkataannya karena ternyata dia telah berbohong kepada kita. Dan, kita bersikap was-was dan tidak tenteram sehingga sejak momen itu, hidup kita tidak lagi damai. Jangan sampai ini terulang lagi, apakah dia pergi ke tempat seperti yang dia katakan, apakah dia pergi dengan orang yang seperti dia katakan.

b. Respek
Seolah-olah di mata kita dia begitu rendah karena perbuatan zina memang perbuatan dosa, perbuatan yang rendah. Jadi, reaksi kita kepada dia itu merendahkan dia, seolah-olah dia tidak ada lagi nilainya. Dan, itu menimbulkan sikap menghina.

c. Cinta
Pada dasarnya, cinta itu memang masih bisa bertahan, tetapi akan cukup termakan habis. Dan, yang akan muncul akibat pengkhianatan bukanlah cinta, tetapi benci. Kebencian yang sangat dalam sekali, kebencian ini memang keluar dari kemarahan dan keinginan untuk membalas karena disakiti.

Reruntuhan dalam pernikahan meliputi:
- merasa muak dekat dengan pasangan,
- kesedihan yang tak habis-habisnya,
- ketakutan yang terus menghantui kalau-kalau pengkhianatan terulang kembali,
- dan kekecewaan yang dalam terhadap pasangannya yang tega melukai hati kita.

Mengapa Mungkin Membangun dari Reruntuhan?

1. Jika Allah sanggup membangkitkan Kristus dari kematian, Ia pasti sanggup membangkitkan kasih, respek, dan kepercayaan dalam relasi yang telah mati.
2. Kasih menyatu (menuju pada kedekatan), artinya kalau kita mencintai, kita ingin mendekati orang yang kita cintai dan bersatu dengan dia.
3. Kasih bertahan (sukar memudar), artinya meskipun kasih itu dihantam dan dipukul, tetapi kasih cenderung bertahan.
4. Kasih melawan (melindungi relasi kasih), artinya kasih itu mau melindungi orang yang kita kasihi dan kita mau melindungi relasi kasih ini supaya jangan sampai akhirnya punah.
5. Kasih dinamis (dapat bertumbuh kembali), artinya dapat bertunas kembali, kasih itu bukannya sekali mati, maka selama-lamanya mati. Meskipun sudah susut sampai seperti itu, tetapi perlahan-lahan bisa bertumbuh kembali.

Awal dari Membangun dari Reruntuhan ini adalah:
a. Bertahan dalam ketakutan! Takut sekali rumah tangga ini hancur, takut sekali dia mengulangi lagi, takut sekali dia berbohong, dan sebagainya. Dan, sikap yang dimunculkan meliputi:
- Menghindar: Menjalin hubungan seminimal mungkin guna memberi waktu bagi luka untuk sembuh.
- Berlindung dalam teritori: Membatasi ruang kebersamaan, masing-masing melakukan kewajiban dan aktivitas sendiri-sendiri.

b. Menyangkal diri!
- Memerlukan upaya keras dan risiko: ingin percaya, tetapi takut; ingin respek kembali, tetapi masih ingin menghina; ingin mengasihi, tetapi tetap memiliki kebencian.
- Biasanya berangkat dari kegelisahan: tidak menyukai status quo, harus melakukan sesuatu!

Belajar dari Nehemia untuk membangun dari reruntuhan:

1. Menghampiri Tuhan dan berkomitmen untuk menjalani proses ini dengan cara Tuhan, caranya:
- Mengakui dosa kepada pasangan (Nehemia 1:6-7).
- Mengklaim janji penyertaan Tuhan setiap hari (Nehemia 1:8-9).
- Menyusun rancangan pemulihan yang realistis (Nehemia 2:7-9), kita meminta bantuan orang untuk dapat menolong kita melewati ini, kita mau ke hamba Tuhan ini, kita mau mendapatkan pertolongan dari konselor ini, kita akan berbuat ini dan itu.

2. Mengevaluasi kerusakan:
- Melihat dan mengakui semua kerusakan (Nehemia 2:13-15).
- Memotivasi satu sama lain untuk mengarahkan mata pada pembangunan, bukan pembalasan (Nehemia 2:17-18).
- Semua pihak terlibat dalam pembangunan, baik istri maupun suami (Nehemia 3:1-32).

3. Bersiaga terhadap serangan berikutnya:
- Keruntuhan bersifat susul-menyusul, problem selanjutnya yang tengah menanti (Nehemia 4:1-15). Awalnya, seolah-olah problemnya hanya satu, yaitu pengkhianatan, tetapi tiba-tiba menjadi banyak.
- Iblis tidak senang dan akan terus menyerang: menciptakan masalah baru atau membakar masalah lama.
- Kita harus saling melindungi, bukan membuka peluang (Nehemia 4:16-23).

4. Membersihkan sampai ke akarnya:
- Dibalik satu masalah, terkandung masalah lain (Nehemia 5:1-3). Kadang-kadang, kita berpikir kita telah berhasil mengatasi masalah dari pihak luar, tetapi masalah dari pihak dalam ini terus-menerus muncul.
- Jangan menoleransi dosa sekecil apa pun.
- Kembalikanlah hak dan fungsi masing-masing (Nehemia 5:9-12) sehingga pasangan kita bisa menempati fungsi yang sebenarnya sebagai suami atau istri.

5. Menjalani hidup baru:
- Menetapkan aturan yang jelas (Nehemia 7:1-3).
- Merayakan hidup baru: memulai kebiasaan dan aktivitas yang merekatkan relasi.
- Mendasarkan hidup pada firman Tuhan (Nehemia 8:1-3).

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: TELAGA
Alamat URL: http://telaga.org/audio/membangun_dari_reruntuhan_1
Judul transkrip: Membangun Dari Reruntuhan 1 (T228A)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 7 Juli 2014

Tidak ada komentar: