BIARLAH ALLAH MEMULIHKAN HATI YANG PATAH
Rasa sakit
akibat perpisahan dan perceraian dapat menjadi sesuatu yang memberatkan
bagi orang-orang yang ditinggalkan untuk menyatukan kembali puing-puing
keluarga yang berantakan. Malangnya, anak-anak saya juga masih kecil
ketika ayah mereka pergi dari rumah, dan mereka harus bergumul dengan
perasaan tertolak dan tertinggal.
Beberapa bulan pertama begitu
mengerikan. Menenangkan anak-anak saya itu sangat melelahkan dan semakin
menambah kesedihan hati saya. Saya memegangi putri saya yang berusia 3
tahun, Emelian, dan putra saya yang berusia 2 tahun, Elijah, selama
berjam-jam ketika mereka menangis.
Elijah sangat sedih karena
ketidakhadiran ayahnya, tetapi ia tidak mampu mengekspresikan
perasaannya secara verbal. Jadi, di tengah malam, ia terbangun dan
berteriak. Pada waktu yang lain, Elijah mondar-mandir di kamar tidur
saya sambil menangis, tidak tahu apa yang harus ia lakukan, dan akhirnya
hanya rebah di atas lantai karena lelah. Beberapa menit selanjutnya,
dengan putus asa, ia bangun untuk memulai pola itu lagi.
Terkadang,
saya mendekapnya seperti pelukan beruang besar. Pada waktu yang lain,
saya duduk di lantai dan mengayun-ayunkannya, dan air mata saya yang
berlinang membasahi wajah saya. "Ibu ada di sini," kata saya. "Ibu
menjagamu. Ibu mengasihimu. Berhentilah menangis, Nak. Elijah,
berhentilah. Kamu baik-baik saja. Kamu aman. Ibu ada di sini."
Untuk
menenangkannya, saya mulai bernyanyi untuk putra saya. "Yesus sayang
padaku, Alkitab mengajarku." Akhirnya, saya berseru kepada Tuhan, sambil
memohon kepada-Nya untuk menghibur jiwa Elijah dengan kedamaian yang
hanya dapat diberikan oleh Yesus.
Amsal 31:8 memberi tahu kita,
"Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang
merana." Karena itu, saya menengahi anak-anak saya yang hatinya remuk
dan meminta Tuhan untuk melindungi mereka dari dosa-dosa ayah mereka.
Isakan
Elijah berlangsung selama beberapa malam. Saya terus-menerus
memeluknya, mengayun-ayunkannya, menyanyikan lagu himne, dan berdoa
sampai ia tertidur. Kesedihan yang mendalam mulai berkurang. Akhirnya,
ia tidur dengan nyenyak sepanjang malam.
Saya mendapatkan beberapa pelajaran berharga tentang Allah melalui masa-masa yang sulit itu. Saya menyadari bahwa Allah adalah:
-
Penghibur saya. Pada awal perjalanan Elijah yang menyakitkan, saya
mengabaikan untuk meminta pertolongan Yesus. Saya terperangkap dalam
usaha untuk menemukan apa yang salah dan memperbaiki segala sesuatu
dengan kekuatan saya sendiri sehingga saya memikul beban yang lebih
besar daripada yang seharusnya saya tanggung.
Kristus berkata,
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah
pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun
ringan." (Matius 11:28-30)
Allah sangat peduli dan berbagi rasa
dengan penderitaan saya. Allah "menilik sengsaraku, telah memperhatikan
kesesakan jiwaku" (Mazmur 31:7). Ketika saya menceritakan penderitaan
kepedihan hati putra saya, Bapa surgawi saya merasakan penderitaan saya.
Saya harus ingat untuk merangkak ke pangkuan Bapa saya ketika saya
merasa sendirian dan tidak berdaya. Ia rindu mengasihi dan menghibur
saya di tengah-tengah kesesakan saya.
- Pengantara saya. Saya
mengingat gambaran jelas di pikiran saya bahwa Allah memerhatikan saya
sedang berusaha menolong putra kecil saya tanpa meminta kekuatan dan
bimbingan dari-Nya. Roma 8:26-27 berkata, "Demikian juga Roh membantu
kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya
harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati
nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan
kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus."
- Segala-galanya
bagi saya. Ketika saya memanggil Yesus, Ia mendampingi saya untuk
merawat Elijah. Saya tidak dapat melanjutkannya tanpa Dia. Saya belajar
bahwa Allah bukan hanya Bapa saya, tetapi Ia juga Suami saya dan Ayah
bagi anak-anak saya. Ia menunjukkan kepada saya bahwa saya sama sekali
bukan seorang ibu tunggal; saya tidak sendirian. Tuhan selalu berjalan
di setiap langkah bersama saya melalui lembah-lembah yang dalam dan
tempat-tempat yang sunyi.
Anak-anak menderita dalam banyak hal
ketika seorang ibu atau ayah menghilang dari rumah. Dengan tiba-tiba dan
dengan cara yang salah, mereka kehilangan kasih sayang secara fisik dan
kepentingan keamanan secara emosi bagi perkembangan mereka. Para ibu
dan ayah tunggal harus mewaspadai beban yang dipikul anak-anak sebagai
akibat dari kehilangan atau pengabaian orang tua.
Apabila kita
terlalu tenggelam dalam kesendirian dan luka-luka kita sendiri, kita
gagal melihat penderitaan mereka. Akibat-akibat yang muncul bisa semakin
parah jika kita tidak menolong anak-anak kita untuk menyerahkan beban
mereka kepada Tuhan. Jadi, kita harus melakukan hal-hal berikut ini.
1.
Memenuhi kebutuhan mereka. Kita harus tinggal di dalam Kristus setiap
hari supaya Ia dapat mengasihi dan merawat mereka melalui kita. Ketika
kita merawat anak-anak kita, kita juga melayani hati Allah.
2.
Mengajar mereka. Kita harus menunjukkan dan mengajarkan kepada anak-anak
kita bagaimana memercayakan diri kepada Tuhan dan berdoa supaya mereka
menaruh beban mereka di bawah kaki Yesus, yang berkata, "Aku tidak akan
meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu"
(Yohanes 14:18).
Dalam jangka waktu ini, saya mengajarkan kepada
anak-anak saya tentang janji Allah yang spesial, dan hal itu menjadi
penghiburan yang luar biasa bagi mereka. Mereka tahu Ia adalah Ayah
mereka yang mendengarkan dan selalu ada untuk diajak bicara.
3.
Biarkanlah Allah bertindak. Dengan setia, Ia akan menyembuhkan luka-luka
Anda dan memperbarui pengharapan kita jika kita memercayai-Nya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita yang terdalam. Bersama Dia, kepedihan
hati berubah menjadi berkat. Dan, luka-luka keluarga disembuhkan melalui
Yesus Kristus. (t/S. Setyawati)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Focus On the Family
Alamat URL: http://www.focusonthefamily.com/parenting/single_parents/helping-children-heal-after-divorce/letting-god-heal-broken-hearts.aspx
Judul asli artikel: Letting God Heal Broken Hearts
Penulis: Melodie Claire Miller
Tanggal akses: 3 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar