MEMBANGUN DARI RERUNTUHAN
Membangun pernikahan yang telah runtuh,
ibarat membangun tembok Yerusalem yang telah runtuh. Kita tahu tembok
Yerusalem runtuh akibat pertempuran, akibat serangan dari bangsa-bangsa
lain yang menyerang Yerusalem. Pernikahan pun adakalanya mengalami
badai, mengalami serangan, dan akhirnya menderita kerugian dan runtuh
berantakan. Apa yang harus dilakukan oleh suami istri yang mengalami
badai atau serangan untuk membangun kembali pernikahan mereka? Kita akan
belajar dari hamba Tuhan yang bernama Nehemia. Kita akan belajar apa
saja yang dilakukannya untuk membangun tembok itu.
Penyebab keruntuhan:
-
Faktor internal, seperti konflik berkepanjangan, merenggangnya
komunikasi, hilangnya keintiman, dan melebarnya perbedaan. Ingat: Ibarat
pohon, relasi pernikahan memerlukan siraman dan perhatian!
- Faktor eksternal, yakni pengkhianatan. Tidak ada badai yang lebih dahsyat daripada pengkhianatan! Pengkhianatan meruntuhkan:
a. Kepercayaan
Kita
tidak lagi percaya bahwa dia setia kepada kita, kita tidak lagi percaya
pada perkataannya karena ternyata dia telah berbohong kepada kita. Dan,
kita bersikap was-was dan tidak tenteram sehingga sejak momen itu,
hidup kita tidak lagi damai. Jangan sampai ini terulang lagi, apakah dia
pergi ke tempat seperti yang dia katakan, apakah dia pergi dengan orang
yang seperti dia katakan.
b. Respek
Seolah-olah di mata kita
dia begitu rendah karena perbuatan zina memang perbuatan dosa, perbuatan
yang rendah. Jadi, reaksi kita kepada dia itu merendahkan dia,
seolah-olah dia tidak ada lagi nilainya. Dan, itu menimbulkan sikap
menghina.
c. Cinta
Pada dasarnya, cinta itu memang masih bisa
bertahan, tetapi akan cukup termakan habis. Dan, yang akan muncul akibat
pengkhianatan bukanlah cinta, tetapi benci. Kebencian yang sangat dalam
sekali, kebencian ini memang keluar dari kemarahan dan keinginan untuk
membalas karena disakiti.
Reruntuhan dalam pernikahan meliputi:
- merasa muak dekat dengan pasangan,
- kesedihan yang tak habis-habisnya,
- ketakutan yang terus menghantui kalau-kalau pengkhianatan terulang kembali,
- dan kekecewaan yang dalam terhadap pasangannya yang tega melukai hati kita.
Mengapa Mungkin Membangun dari Reruntuhan?
1.
Jika Allah sanggup membangkitkan Kristus dari kematian, Ia pasti
sanggup membangkitkan kasih, respek, dan kepercayaan dalam relasi yang
telah mati.
2. Kasih menyatu (menuju pada kedekatan), artinya kalau
kita mencintai, kita ingin mendekati orang yang kita cintai dan bersatu
dengan dia.
3. Kasih bertahan (sukar memudar), artinya meskipun kasih itu dihantam dan dipukul, tetapi kasih cenderung bertahan.
4.
Kasih melawan (melindungi relasi kasih), artinya kasih itu mau
melindungi orang yang kita kasihi dan kita mau melindungi relasi kasih
ini supaya jangan sampai akhirnya punah.
5. Kasih dinamis (dapat
bertumbuh kembali), artinya dapat bertunas kembali, kasih itu bukannya
sekali mati, maka selama-lamanya mati. Meskipun sudah susut sampai
seperti itu, tetapi perlahan-lahan bisa bertumbuh kembali.
Awal dari Membangun dari Reruntuhan ini adalah:
a.
Bertahan dalam ketakutan! Takut sekali rumah tangga ini hancur, takut
sekali dia mengulangi lagi, takut sekali dia berbohong, dan sebagainya.
Dan, sikap yang dimunculkan meliputi:
- Menghindar: Menjalin hubungan seminimal mungkin guna memberi waktu bagi luka untuk sembuh.
- Berlindung dalam teritori: Membatasi ruang kebersamaan, masing-masing melakukan kewajiban dan aktivitas sendiri-sendiri.
b. Menyangkal diri!
-
Memerlukan upaya keras dan risiko: ingin percaya, tetapi takut; ingin
respek kembali, tetapi masih ingin menghina; ingin mengasihi, tetapi
tetap memiliki kebencian.
- Biasanya berangkat dari kegelisahan: tidak menyukai status quo, harus melakukan sesuatu!
Belajar dari Nehemia untuk membangun dari reruntuhan:
1. Menghampiri Tuhan dan berkomitmen untuk menjalani proses ini dengan cara Tuhan, caranya:
- Mengakui dosa kepada pasangan (Nehemia 1:6-7).
- Mengklaim janji penyertaan Tuhan setiap hari (Nehemia 1:8-9).
-
Menyusun rancangan pemulihan yang realistis (Nehemia 2:7-9), kita
meminta bantuan orang untuk dapat menolong kita melewati ini, kita mau
ke hamba Tuhan ini, kita mau mendapatkan pertolongan dari konselor ini,
kita akan berbuat ini dan itu.
2. Mengevaluasi kerusakan:
- Melihat dan mengakui semua kerusakan (Nehemia 2:13-15).
- Memotivasi satu sama lain untuk mengarahkan mata pada pembangunan, bukan pembalasan (Nehemia 2:17-18).
- Semua pihak terlibat dalam pembangunan, baik istri maupun suami (Nehemia 3:1-32).
3. Bersiaga terhadap serangan berikutnya:
-
Keruntuhan bersifat susul-menyusul, problem selanjutnya yang tengah
menanti (Nehemia 4:1-15). Awalnya, seolah-olah problemnya hanya satu,
yaitu pengkhianatan, tetapi tiba-tiba menjadi banyak.
- Iblis tidak senang dan akan terus menyerang: menciptakan masalah baru atau membakar masalah lama.
- Kita harus saling melindungi, bukan membuka peluang (Nehemia 4:16-23).
4. Membersihkan sampai ke akarnya:
-
Dibalik satu masalah, terkandung masalah lain (Nehemia 5:1-3).
Kadang-kadang, kita berpikir kita telah berhasil mengatasi masalah dari
pihak luar, tetapi masalah dari pihak dalam ini terus-menerus muncul.
- Jangan menoleransi dosa sekecil apa pun.
-
Kembalikanlah hak dan fungsi masing-masing (Nehemia 5:9-12) sehingga
pasangan kita bisa menempati fungsi yang sebenarnya sebagai suami atau
istri.
5. Menjalani hidup baru:
- Menetapkan aturan yang jelas (Nehemia 7:1-3).
- Merayakan hidup baru: memulai kebiasaan dan aktivitas yang merekatkan relasi.
- Mendasarkan hidup pada firman Tuhan (Nehemia 8:1-3).
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: TELAGA
Alamat URL: http://telaga.org/audio/membangun_dari_reruntuhan_1
Judul transkrip: Membangun Dari Reruntuhan 1 (T228A)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 7 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar