Kamis, 06 Agustus 2015

MEMBANGUN IDENTITAS DIRI KAUM MUDA YANG SEHAT

Hasil gambar untuk MEMBANGUN IDENTITAS DIRI KAUM MUDA YANG SEHAT
MEMBANGUN IDENTITAS DIRI KAUM MUDA YANG SEHAT

Apakah identitas diri itu? Jika kita sering diminta untuk mengeluarkan kartu identitas kita, apa saja yang tertera di sana? Nama, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, status, tempat/tanggal lahir, agama, golongan darah, dan lain sebagainya. Kaum muda dan remaja sedang berproses untuk menyusun jawaban atas pertanyaan identitas tersebut. Mereka sedang memperjuangkan apa arti nama mereka di mata masyarakat. Mereka sedang mencari tahu bagaimana mereka berperan dalam kapasitas gender mereka, bahkan sebagian dari mereka sedang mencari tahu apakah mereka seorang laki-laki atau perempuan. Mereka sedang menentukan sikap sebagai seorang pelajar atau pekerja, apa pekerjaan mereka kelak sebagai pegawai, pengusaha, pekerja sosial, pemuka agama ataukah menjadi seorang penjahat. Kaum muda juga sedang mencari jawaban akan status mereka, akankah menikah, lajang, ataukah nantinya menjadi janda/duda. Mereka pun sedang mencari jati diri dalam kehidupan rohani yang ada, apakah akan memilih Kristus, penganut aliran kepercayaan, Muslim, Buddha, atau yang lainnya. Kaum muda dan remaja sedang berburu dan berjuang untuk menemukan siapa sebenarnya diri mereka. Erik Erickson (tokoh penggagas teori psikologi) menyebutnya sebagai fase pencarian identitas.

Identitas itu sendiri merupakan potret diri yang terdiri atas banyak bagian (identitas karier, agama, intelektual, seksual, budaya, minat, kepribadian, citra diri) (Santrock, 2003). Sedangkan dalam tahapan perkembangan yang dialami individu, remaja dihadapkan untuk memutuskan siapa mereka, apa yang akan mereka lakukan, dan ke mana tujuan hidup mereka. Fase ini oleh Erik Erickson dinamakan identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity confusion). Jika pada fase remajanya individu bisa menemukan dirinya, ia akan dapat membentuk identitas yang pasti dan pada akhirnya akan dapat menjalani kehidupannya pada fase berikutnya secara lebih positif. Sedangkan jika tidak menemukan identitas dirinya, ia akan menjadi pribadi yang mengalami kebingungan identitas. Kebingungan identitas pada masa dewasa dapat dicontohkan dengan individu yang selalu berganti pekerjaan, berpindah agama, selalu ingin mengubah fisik dengan operasi plastik, tidak tahu arah tujuan hidup, dan lain-lain. Ketika identitas diri itu telah melekat pada masa dewasa, akan sangat sulit untuk mengubahnya.

Fase remaja adalah fase penentuan mereka memilih identitas diri mereka karenanya fase ini adalah fase yang sangat penting untuk mengenalkan identitas diri yang benar dan sehat. Saat ini, generasi abad 21 adalah generasi milenium yang sudah mengenal dunia maya yang sangat luas. Beragam pilihan dan informasi yang diserap akan memberikan model bagi remaja. Keluasan informasi ini membuat para remaja pada akhirnya akan belajar mengenai berbagai macam pilihan identitas, entah itu sesuatu yang baik ataupun tidak baik.

Bagaimana identitas diri yang sehat itu? Identitas yang sehat adalah identitas yang sesuai dengan kebenaran firman Allah dan dengan keberadaan dirinya itu, individu mampu menempatkan diri, bersikap serta berkarya dengan baik dalam dunia ini. Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia (Kejadian 1:26). Dengan demikian, identitas diri yang benar adalah identitas yang serupa dengan gambaran ilahi. Identitas ini akan memberikan dampak buah Roh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan karakteristik buah Roh itu, setiap individu akan ditolong untuk memiliki sikap yang tepat dalam menyelesaikan persoalan. Identitas diri yang sehat membawa identitas Kristus, memiliki pekerjaan yang bertujuan untuk menyukakan hati Tuhan, memiliki peran gender yang sudah Tuhan anugerahkan (menjadi pria dan wanita yang sesuai dengan maksud hati Tuhan), menjalankan peran yang tepat sebagai pribadi yang berkeluarga atau single, dan bekerja sesuai dengan panggilan dan karunia yang Tuhan telah berikan.

Mencapai identitas diri yang sehat bukanlah proses yang singkat dan mudah. Semuanya membutuhkan komitmen dan konsistensi. Remaja membutuhkan model identitas diri yang sehat, yaitu Kristus. Remaja perlu mengenal model identitas diri yang sehat itu dengan cara mengenalkan Kristus lewat penggalian firman Tuhan, menunjukkan karakter Kristus lewat hidup sehari-hari, dan memberikan pendampingan terus-menerus. Ya, remaja generasi ini membutuhkan pendampingan. Mereka adalah pribadi yang suka menuntut, dan pada akhirnya mereka menjadi pribadi yang sulit mendapatkan "arahan" atau "perintah". Mereka lebih suka dengan adanya "pendampingan". Kelompok pemuridan dengan sedikit orang akan memberikan dampak yang sangat efektif bagi pengembangan pribadi remaja. Orang tua dan pemimpin kelompok adalah sosok yang dapat menjadi model identitas diri yang sehat.

Sebagai seorang pribadi, kaum muda yang sedang menyusun puzzle identitas dirinya harus berlatih. Charles R. Swindoll dalam bukunya "So, You Want to Be like Christ" mengungkapkan hal utama yang disampaikan Paulus kepada Timotius adalah "Latihlah dirimu beribadah" (1 Timotius 4:7). Upaya membangun diri serupa dengan Kristus adalah berlatih disiplin. Relasi yang intim dengan Tuhan akan menghasilkan kedisiplinan yang memberikan pengaruh bagi pembentukan identitas diri yang sehat.

Kesulitan membangun identitas diri yang sehat pun tidak lepas dari perjalanan kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak. Pengaruh lingkungan dan peristiwa yang dialami memberikan sumbangsih bagi pembentukan identitas diri seseorang. Sebab itu, orang tua dan guru-guru harus memiliki kepekaan untuk segera menolong anak-anak, remaja, dan kaum muda dalam membangun identitas yang sehat. Ini wajib hukumnya karena jika kesempatan membangun ini terlewat, remaja akan memiliki identitas yang buruk, dan pada akhirnya akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak sehat. Teruslah berjuang serupa dengan Kristus.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Perkantas Jatim
Alamat URL: http://www.perkantasjatim.org/index.php?g=articles&id=148
Judul asli artikel: Membangun Identitas Diri Kaum Muda yang Sehat
Penulis artikel: Tidak Dicantumkan
Tanggal akses: 6 Mei 2015

Tidak ada komentar: